Pertemuan G-20 Tidak Bisa Diharapkan Atasi Krisis Global

Sabtu, 15 November 2008

Para kepala negara dari 20 negara maju dan negara sedang berkembang bertemu di Washington, Jumat (14/11), dalam pertemuan puncak Kelompok 20 atau G-20. Namun, pihak Uni Eropa (UE) sudah mengingatkan jangan mengharapkan pertemuan G-20 mengeluarkan kesepakatan untuk mengatasi krisis ekonomi global.

Agenda pertemuan difokuskan pada upaya untuk menanggulangi krisis finansial global, mengatasi dampak negatifnya, dan mencegahnya terulang kembali.

Salah satu misi penting, yang diusung UE, adalah keinginan mengatur sektor keuangan, yang menjadi pemicu utama krisis global. Presiden AS George W Bush secara implisit menolak tekanan dari UE, yang secara konsisten terus menuding AS sebagai penyebab krisis.

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, yang kini menjabat kepresidenan Uni Eropa, ingin mendorong reformasi atas arsitektur finansial dunia. Bersama Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, Sarkozy memimpin Uni Eropa (UE) untuk menstabilkan perbankan dan memulihkan kepercayaan pasar.

AS dan UE memperlihatkan sikap yang berbeda soal itu.

Negara anggota G-20 adalah Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Cina, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Anggota G-20 mewakili 85 persen PDB dunia, dan menjadi tempat tinggal bagi dua pertiga populasi global serta memiliki 80 persen saham di Bank Dunia dan IMF.

Pertemuan itu sebenarnya diharapkan bisa menghasilkan sesuatu yang konkret untuk mengatasi krisis finansial. Namun, banyak pihak skeptis akan muncul keajaiban dari forum tersebut.

Comments

No response to “Pertemuan G-20 Tidak Bisa Diharapkan Atasi Krisis Global”
Post a Comment | Posting Komentar (Atom)